Kamis, 16 Oktober 2014

Hai, kamu


Suatu hari aku berteduh di sebuah pinggir jalan dekat dari tempat aku kuliah, rintikan air yang lembut telah membasahi ibu kota. Aku sedang melamun termenung. Tiba-tiba aku melihat lima orang bocah sedang asyik bermain hujan, mereka tampak ceria. Bahagianya mereka. ketika awan cerah aku melihat seorang bocah yang menangis ketika diolok-olok oleh teman-temannya tadi. Mereka memanggilnya gajah karena tubuhnya yang besar. Aku teringat lagu tulus berjudul gajah. Ah sudah, lupakan. Aku menghampiri bocah itu untuk menghibur, sayangnya aku kehilangan jejak. Dia berlari begitu kencang ketika teman-temannya mengolok-ngolok bahwa ia adalah gajah. Ketika aku berjalan menuju gang tempat kosan, aku melihat bocah itu yang sedang memeluk ibunya. Aku mengamatinya. Bocah itu berhenti menangis dan mulai tertawa ketika mendapat hiburan dari ibunya. Aku mengingat memori di otakku, karena merasa tidak asing dengan anak itu. Aku membuka sebuah majalah yang ada di tasku. “ Anak berprestasi, mempunyai penyakit kanker otak” Subhanallah, anak itu masuk dalam  anak inspiratif di majalah terkenal.

“ Hai kamu, biarpun kata orang-orang tubuhmu seperti gajah, dan mempunyai penyakit. Kamu kuat! Kamu hebat, bisa menjadi contoh inspirasi bagi anak-anak di Indonesia. Allah, terima kasih atas renungan nyata pada hari ini”.

Hatiku tersentuh haru, rasanya ingin menangis bersyukur.