Jumat, 14 Maret 2014

Ruang Rasa

Disudut kamar, Sahara menulis pada sebuah buku catatan harian. Menangis, merintih, merenung, bercurah dengan segala yang dirasa. Berpikir dalam keheningan untuk menenangkan. Menulis untuk bercerita dan bertanya dengan sebenernya apa yang telah terjadi. Mencari kunci jawaban dari segala gundah. Membuat kata yang tertata untuk gembira. Ya, Sebuah kata-kata galau positif yang Sahara ubah menjadi hikmah dan semangat.
" Bersabarlah wahai diri, Tetaplah berdiri.  Fokus itu adalah kunci " Berkata dalam hati dengan sebuah prinsip.
Sahara menarik nafas, tersenyum merasa lega. Sahara langkahkan kaki untuk ke kamar mandi untuk menyegarkan hati, jiwa dan pikiran. Membuka keran dan berwudhu. Selepas wudhu, Sahara menggelar sajadah, memakai mukena dan shalat. Saat-saat ini adalah saat yang tepat untuk berdua antara Sahara dan Sang pencipta rasa, Allah. Mengungkap dengan segala rasa, curhat dengan sepenuh hati. Sunyi disaat semua orang tertidur, sungguh nikmat berdua itu tiada tara, melepaskannya dari segala gundah.
"Oh Allah, I love u".

***

Umar terbangun dari tidurnya, seperti biasa di sepertiga malam Umar selalu menyempatkan untuk bermunajat pada nomer satu yang di cintainya, Allah. Umar begitu khusyuk dengan mencurahkan segala rasa hati. Umar kini telah berumur 26 tahun, seperti hati yang telah siap untuk mendapatkan perangai cantik  ia selalu mendambakan jodoh untuk menemukan puzzle yang melengkapi. Keluarganya selalu bertanya-tanya kepadanya kapan ia mendapatkan kekasih pujaan hati. Umar tidak terlalu memikirkan pertanyaan dari keluarganya, tapi ada hati yang melekat pada dirinya. Hati Umar sedang berbunga-bunga kepada sosok yang bernama Sahara. Bukan Pada bentuknya wajahnya, ataupun perilakunya. Ia tertarik pada sebuah tulisan-tulisannya di blog. Blog hariannya selalu membuat ia termotivasi, karena selalu ada kesamaan diantara Umar dan Sahara, dari situlah Umar merasa Klik. Umar tidak pernah bersapa, berkata satu katapun tidak pernah, apalagi menatap dan mendengar suaranya. Setahu dan yang selalu Umar ingat adalah Ketika itu ia sedang mencari inspirasi untuk menjadi pembicara 'Ketika cinta tak lagi bertasbih' yang selenggarakan oleh civitas akedemika universitas Yarsi. Dari Situ Umar mencari inspirasi dengan berbagai macam referensi. Umar menggoogling  tentang proposal cinta, cuma ada satu tulisan yang terpampang pas apa yang dituliskan pada sebuah pencarian, Umar mengklik hasil yang telah ditelusurinya. Ia begitu tertarik, karena isi tulisannya begitu menarik. Umar mencari referensi lain dengan menggoogling tentang soal rasa. Selalu saja yang muncul dari hasil penelusuran adalah alamat dari saharafathiya.wordpress.com. Umar penasaran dengan isi blog-blog lainnya, kemudian ia merasa tak ingin bergerak dan begitu terpesona pada hasil tulisan blog-blog tersebut, ketika ia mencari tahu siapa penulis dari blog tersebut, ia hanya menemukan sebuah profil picture bergambar bunga indah bewarna kuning, dan bertuliskan bernama Sahara Fathiya. Umar mengabaikan dan mengharapkan agar suatu saat ia bisa menemukan sosok bernama Sahara Fathiya.

***

Pukul 09.30
Sahara sampai kampus, ia begitu terburu-buru. Sehingga ia salah memanggil temannya " Ari!!! ". Ia berlari menghampiri, tiba-tiba Sahara terpleset karena lantai licin yang baru saja di pel oleh OB kampus. Sosok laki-laki yang ku sebut Ari menoleh. Perasaan malu menggebu, ternyata praduga Sahara salah. Ia bukan Ari. Laki-laki berpakaian kemeja hitam putih dengan celana hitam tersenyum dan menyapa. " Kamu, tidak papa? Lain kali hati-hati yaaa".   Sahara sempat begitu takluk pada senyumannya yang mempesona, ia menyengir malu " Gak papa kok, hehehe... Maaf, saya duluan ya". Aku beranjak dari tempat dan kearah fakultas psikologi. 
Dari kejauhan Aida berlari memanggil nama Sahara.

" Raaaaa, apa akabar lo? kangen pake banget gue sama psikolog satu ini"

" Ahhh, alumni psikologi. Lo lagi ngapain kesini? kabar gue luar biasa malu, tadi salah orang, sebut nama Ari.."

" Aiiiihhh, gue kan kangen sama kampus gue. Hahahaha... Kok bisaaaa? Aduh pasti malu banget deh itu, hati-hati itu jodoh".

" Apa sih, abis badannya dari jauh mirip banget sama Ari. Iyuuuh, oh iya. Ngomong soal jodoh, ikut gue yuk ke lantai 12. Ada seminar bagus, tentang Cinta. Cocok buat lo yang mau nikah. hahaha..."

" Asik, seminar cinta. Siapa yang ngisi?  Umar Fadhli lulusan Cairo itu?

" Gue belum pernah liat orangnya, iya kalo gak salah Umar Fadhli. Emang dia lulusan Cairo? "

" Kalo Umar Fadhli sih gue tau, dia kan temen kakak gue. Lo jadi moderator lagi ya jangan-jangan?"

" Oh yaaa? Temen kakak lo? Iya nih, dapet panggilan alam, hehehe"

" Mantapks deh emang ya temen gue, yaudah deh yuk kita kelantai 12. "

Sahara dan Aida pun pergi meninggalkan fakultas psikologi dan beranjak ke lantai 12.

***

Umar sudah siap mejadi pembicara seminar, ia sudah sampai loby universitas Yarsi. Digenggamnya sebuah ponsel. Tiba-tiba ponsel tersebut bergetar, menandakan sebuah pesan sms masuk.

From : 08569490140xx
" Assalamua'alaykum, dengan mas Umar Fadhli? Saya Nadia PJ acara seminar, ingin memberitahu bahwa acara dimulai pukul  10.00 dan akan di partner sebagai moderator dengan mba Sahara Fathiya, mohon dateng dengan tepat waktu."

Hati umar berdebar kencang, beda dari biasanya. " Sahara Fathiya? Secret admirer yang selama ini  tak pernah bertatap, kini menjadi partnerku? ". Allah memang selalu memberikan kejutan yang tak diduga-duga. Umar hanya berharap semoga tidak menjadi canggung bila bertemu Sahara, dan tetap tenang walau hati merasa senang.

Umar menoleh ke belakang, melihat seorang wanita yang jatuh terpleset. Nampaknya ia begitu terburu-buru dan merasa malu. 

" Kamu, tidak papa? Lain kali hati-hati yaaa".
 
" Gak papa kok, hehehe... Maaf, saya duluan ya"

Dalam hati Umar tersenyum kecil, melihat tingkah laku wanita tersebut.

***

Setibanya Sahara di lantai 12, Sosok mungil datang menghampiri.

" Mba, sudah siap kan jadi moderator?"

Sahara tersenyum, mengaangguk. Mengartikan bahwa ia telah siap.

Suasana mulai ramai, para peserta telah berdatangan satu per satu. Mc telah membuka acara dengan begitu heboh, para peserta sangat antusias.

" Mba, kenalkan ini pembicara kita nanti. Umar Fadhli "

Sahara shock setengah mati, bahwa Umar Fadhli itu adalah orang yang aku salah panggil menjadi Ari, dan melihat aku terpleset di loby tadi.

" Mba sahara? Waaaw serius ini mba Sahara ". Umar menanyakan seperti tak menyangka melihatnya.

Sahara menatap Umar yang sedang menggoda karena tak menyangka. Dalam ruangan tunggu di belakang panggung cuma ada Sahara dan Umar yang sedang berbicara tentang pengalaman seputar dunia kerja dan mimpi. Sahara bahkan sangat klik dan nyambung, kemudian seketika hening. Saling bertatap, kemudian menunduk, dan kemudian berdiskusi untuk nanti ketika akan di panggung.

" Allahu Rabbi, jaga hati ini ". Sahara berkata dalam hati. 

***

Setelah Umar sampai lantai 12, dua panitia datang menghampiri dan menyapa dengan ramah.

" Assalamu'alaykum mas Umar, selamat datang di kampus Yarsi. Akhirnya yang telah dinanti telah datang, mari saya antar ke belakang panggung. Ruang tunggu".

" Wa'alaykumussalam. acaranya sudah dimulai ya?Maaf ya telat". Jawab Umar senyum dengan menangkupkan tangan.

" Gak telat kok, masih ada waktu 15 menit lagi, mari saya antar ke mba Sahara Fathiya di ruang tunggu "

" Sahara Fathiya?  ". Hati umar berdebar, namun ia mulai menarik napas lagi untuk menenangkan.

Umar berjalan menuju lorong belakang panggung, ia melihat sosok wanita yang tadi ditemuinya di loby.

" Mba sahara, kenalkan ini pembicara kita nanti. Mas Umar namanya. " Kata salah satu panitia acara bernama Nadia.

Umar dan Sahara saling bertatap kaget dan menunjuk. 

" Kamu itu yang tadi itu kan?"  Sapa Sahara.

Dalam ruangan tunggu di belakang panggung cuma ada Umar dan Sahara yang sedang berbicara tentang pengalaman seputar dunia kerja dan mimpi. Umar bahkan sangat klik dan nyambung seperti apa yang dirasakan ketika ia membaca isi blog nya. Seketika hening. Umar dan Sahara Saling bertatap, kemudian menunduk, dan kemudian berdiskusi untuk nanti ketika akan di panggung.

" Allahu Rabbi, jaga hati ini ". Umar berkata dalam hati. 

***

Rasa itu bagaikan koma, ia selalu membuat hati masuk kedalam jiwa masuk hingga kedalam raga, selalu membuat semangat. Indah seperti hari yang selalu mempunyai kejutan rahasia. Berbagai rasa yang telah ia simpan, biarlah jarak yang memisahkan. Hanyalah hati yang bisa berbicara pada Rabb pencipta rasa, antara aku dan kamu.


@sar_fit  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar